Kamis, 02 Januari 2014

Hening Part 01


Setiap orang pasti ada suatu peristiwa yang membuat dirinya bahagia, sedih, mengharukan, tak terlupakan dan apalah itu, masih banyak lagi ungkapan perasaaan lainnya.  Peristiwa yang membuat aku memiliki suatu perasaan yang tidak bisa dilukiskan entah terharu, bahagia, sedih, semua bercampur menjadi satu adalah saat ayah dan ibuku bilang:
"Kami bangga padamu, pengorbanan yang kami lakukan untukmu tdk sia-sia. Kamu benar-benar membuat ayah dan ibu bahagia. Rasa lelah ayah dan ibu di sawah telah terbayar dengan apa yg kamu lakukan selama ini. Terimakasih Nak, kamu telah menjadi anak yang baik bagi kami. Kamu benar-benar membuat ayah dan ibu bahagia"
Cuma beberapa potong kalimat yang keluar dari ayah dan ibuku, tapi itu membuat semua rasa ini tak menentu. Aku merasa belum melakukan apa-apa buat mereka, tapi mereka sudah bilang seperti itu hanya karena aku sudah menyelesaikan kuliah. Ya.., mungkin bagi sebagian orang hal itu biasa saja. Toh, banyak kok yang lulus kuliah dan itu bukanlah suatu pencapain yang luar biasa. Tapi, bagi aku dan keluargaku ini merupakan suatu pencapaian yang sangat.., sangat luar biasa. Kenapa tidak untuk mencapai titik ini aku membutuhkan banyak pengorbanan. 
Masih terekam jelas di ingatan ini, 4 th yang lalu tepat pada tanggal 27 Juni 2009 aku berangkat ke kota hujan ini untuk mencari setitik ilmu. Walau berat, aku harus terus melangkah. Mungkin hanya dengan ini aku bisa mengubah hidup ini. Aku ingin membuat ayah dan ibuku bahagia. Keputusan untuk melanjutkan studi di tanah jawa adalah cita-citaku sejak awal masuk SMA. Saat aku utarakan niatku pada ayah dan ibu mereka hanya bilang "Ya sudah, kamukan baru masuk SMA masih ada waktu untuk berpikir, kita lihat saja nanti". Aku tahu ayah dan ibu berat menyetujui keputusanku yang tidak berubah. Aku benar-benar tidak mengubah keinginanku, apalagi saat aku di terima sebagai mahasiswa undangan di salah satu perguruan tinggi ternama di Bogor. Aku meyakinkan ayah dan ibu, hingga aku pun berangkat pagi itu.
Aku berangkat hanya dengan berbekalkan tekad yang tulus dan doa dari keluarga, walau banyak yang bilang aku tidak akan bisa menyelesaikan kuliahku di sana nantinya. Kenapa tidak.., aku hanya dari keluarga kecil yang dari beberapa generasi pada keluarga kami belum ada yang mengecap pendidikan sampai ke tingkat perguruan tinggi dan ayahku hanyalah seorang petani kecil di sebuah desa di Sumatera Barat yang saat dicari di peta aku yakin tidak akan ditemukan. Ibuku juga seorang petani yang karena keadaan ekonomi harus ikut turun ke sawah. Teriknya panas telah membakar wajahnya, walau ibuku masih muda tapi wajahnya sudah terbakar sinar matahari setiap hari.
Semua demi membantu ayah tercinta agar roda perekonomian di keluarga kami masih terus berjalan. Bahkan aku, saat masih sekolahpun tidak jarang juga ikut membantu ibu di sawah menanam padi, menyaingi padi, panen padi, menanam sayuran, dll. Semua sudah pernah aku lakukan. Aku bersama teman-teman sepermainan dan saudara sepupuku di saat anak-anak lain bermain kami sibuk di sawah dan ladang membantu mereka di sawah. Biasanya saat sekolah libur, terutama hari minggu kami akan diminta bantuan untuk membantu para tetangga yang panen atau mengolah ladangnya. Karena dari situ kami akan mendapatkan upah. Hanya dari upah ini kami biasa membeli apa yang kami inginkan seperti baju lebaran, atau hanya untuk uang jajan di sekolah.
Ya begitulah masa-masa aku sekolah. Panasnya matahari telah aku rasakan. Aku tidak ingin terlalu lama merasakan panasnya, dan aku juga tidak ingin ayah dan ibu sampai masa tuanya nanti masih melawan teriknya sang surya. Aku ingin mereka bahagia menikmati masa tua. Dari itu aku berjuang belajar mati-matian. Alhamdulillah, masa sekolah semua berjalan mulus. Aku selalu juara kelas dari SD-SMA dan mendapatkan beberapa beasiswa. Ini cukup untuk sekolahku.
Dan pagi itu, aku ingin membuktikan kalau aku bisa seperti mereka yang bisa kuliah di kampus-kampus terbaik di negeri ini. Aku berhasil diterima sebagai mahasiswa undangan di salah satu kampus terbaik di negeri ini. Ini merupakan titik awal perjuanganku. Perjuangan yang sebenarnya baru saja akan dimulai. Pagi itu, ku pandangi wajah ibu, dengan linangan air mata ibu mengantarku. Kakak ibuku, nenek, adikku, sepupu, ayah semua keluarga dan sahabatku mengantar keberangkatanku. Dengan berat aku segera melangkah, ku pandangi bunga-bunga di halaman rumah yg sudah kurawat selama ini. Aku akan meninggalkan desaku, saksi yang telah melihat aku tumbuh selama 18 th ini. Berangkat ke Bogor, sebuah kota yang belum pernah aku ke sana, entah seperti apa.
Mobil melaju meninggalkan rumah, keluarga dan sahabat-sahabatku. Aku yg waktu itu diantar oleh ayah dan pamanku ke bandara internasional minangkabau. Sepanjang perjalanan ke bandara aku masih berpikir. Aku masih tdk percaya aku akan merantau. Kupandangi sepanjang jalan, apalagi saat melewati jalan yg sering ku lalui pulang sekolah bersama sahabatku Rika dan Sari. Dalam hati aku berkata " Aku pasti akan kembali lagi".
Saat yg mengharukan saat aku harus berpisah dengan ayah. Ayah hanya bisa mengantarkanku sampai bandara, tdk bisa mengantar sampai ke Bogor. Karena uang kami tidak cukup untuk membeli tiket. Tapi ayah yakin aku bisa sampai dg selamat di Bogor walau sendri. Ya Allah.., aku tdk tahu waktu itu hanya yakin dg doa dari ayah aku pasti selamat sampai di Bogor. Walau tdk pernah ke sana. Saat berangkat ayah yg selama ini menurutku sangat pendiam, kalau bicara hanya seperlunya. Hari itu hanya bilang :
"Hati-hati ya, ayah yakin kamu pasti bisa dan berhasil. Doa ayah selalu menyertaimu. Jangan lupa selalu berdoa dan sholat. Nanti kuliahnya yg rajin biar tdk seperti ayah dan ibu. Kamu pasti bisa mendapatkan kehidupan yg layak nantinya. Selalu beri kami kabar dari sana, walau ayah juga tdk tahu seperti apa keadaan di sana nantinya. Maaf ayah tdk bisa mengantarmu seperti ayah-ayah yg lain yg mengantar anaknya ke sana."
Ini kalimat terpanjang yg pernah diucapkan ayah pdku. Aku lihat ayah meneteskan airmata. Aku tahu ayah telah berjuang demi keluarga kami selama ini. Aku akan selalu ingat pesan ayah. Aku pun memasuki bandara. Ini pertama kalinya memasuki bandara, entahlah yg ada cuma perasaan yakin. Sampai di bandara Jakarta aku dijemput oleh kakak sepupu. Singkatnya aku sampai di Bogor, sebuah kota yang terbilang unik. Sampailah di kampus tercinta yg dikenal dengan kampus hijau. Saat registrasi ulang, saat teman-teman yg lain diantar kerabatnya aku hanya sendiri. Apalagi yg diterima dari sekolahku hanya aku seorang. Kemana-mana sendiri, walau aku memang sudah punya teman yg baru kukenal dari daerah lain, tapi tetap saja berbeda karena kita hanya sendiri. Saat masuk asrama, saat teman-teman lainnya diantar oleh keluarganya aku hanya sendiri.
Ya allah, ini pengorbanan perasaan. Entah apalagi. Hari-hari awal masuk asrama saat orang-orang masih dikunjungi oleh keluarganya aku hanya termenung dari jendela kamar sambil memperhatikan mereka dari jauh. Saat tahun pertama, saat lebaran aku tidak bisa pulang lagi-lagi karena tdk ada biaya untuk ongkos pulang. Alhasil aku lebaran di rumah teman seasrama. Di pagi nan fitri itu th 2009, mereka sekeluarga berkumpul. air mataku tak terbendung lagi, biasanya saat seperti ini aku berkumpul dengan keluargaku. Saat aku telpon keluarga di rumah, hanya isak tangis dari ibuku sambil bilang:
"Beginilah, Nak kalau kita orang tak punya. Sedih hati ibu kamu tdk bisa pulang. Saat anak-anak yg kuliah lainnya plg kamu tdk bisa"
Aku hanya terdiam, mungkin ini perjuanganku. Awal masuk kuliah aku sibuk mencari beasiswa ke sana-ke mari. Alhamd. dapat dan lumayan membantu ayah dan ibu. Tahun kedua dan ketiga tdk begitu banyak cerita dan aku bisa pulang saat lebaran walau di hari kedua lebaran harus balik lagi ke Bogor karena kalau ditunta harga tiket akan melambung. Kalau naik kendaraan jalur darat perjalanannya bisa 2 hari, aku tdk kuat perjalanan selama itu. Mungkin karena sejak masa sekolah aku sering kerja keras dan saat kuliah kegiatanku jadi berkurang. Alhasil tubuh rasanya sedikit terguncang menghadapi keadaan yg berubah drastis. Memasuki tahun akhir kuliah, saatnya penyusun tugas akhirnya. aku masih tdk percaya aku bisa melangkah sejauh ini. Nenekku juga bilang: banyak orang bilang kamu tidak akan bisa sampai tingkat akhir, biaya kuliah itukan mahal". Aku hanya yakin pasti ada kemudahan jika kita mau berusaha.
Nelpon ke rumah sangat sering, aku selalu menceritakan apa yg terjadi saat aku kuliah, bahkan jika ada kisah percintaan aku selalu cerita ke ibuku, ayahku hanya mendengarkan dari belakang. Ayah.., ya walau hanya sedikit bicara tapi dia adalah ayah terbaik di dunia versiku. Peristiwa yg paling membuat perasaanku bercampur aduk saat aku akan ujian akhir (ujian sidang skripsi). Hari itu tanggal 22 Agustus 2013 jam 13.30 aku akan melaksanaka ujian sidang skripsi,. Ya allah hari ini adalah titik akhir dari perjuanganku selama ini. Perasaanku bercampur aduk. Malam sebelumnya menelpon pada ayah dan ibu. Ku utarakan perasaanku yg sedikit gugup menghadapi ujian. Ayah dan ibu bilang "Kami doakan dari sini. kamu pasti bisa"
Doa ayah dan ibu dan keluarga lainnyamembantu perjalanaku selama ini. Alhamdulillah aku bisa melewati ujian dg baik. Aku tersentuh saat dosen bilang:
" Sampaikan salam kami kepada ayah dan ibu di rumah, karena anaknya sudah berhasil lulus dg baik. Terimakasih kami ucapkan karena telah menititpkan anaknya di kampus ini. Selamat kepada orang tuamu karena anakknya telah berhasil meraih gelar SARJANA". 
Aku pasti sampaikan salam bapak dan ibu dosen. Yaa, akhirnya hari itu aku berhasil mempersembahkan gelar SARJANA pada keluargaku. Sebuah pencapain yang benar-benar butuh perjuangan. Apalagi saat salah satu dosen berkata: "Dia tidak pulang lho, saat lebaran kemaren, udh gitu sakit lagi di kosan"
Dosen yg lain juga berkata:"                                                                                                        
"Sungguh besar pengorbananmu untuk mencapai titik ini, tapi akhirnya hari ini telah membuahkan hasil. Kamu berhasil lulus dg baik"
Ya, aku saat tahun terakhir kuliahku juga tidak bisa pulang saat lebaran sama seperti saat tahun pertama kuliah. Lagi-lagi karena masalah biaya, karena ke depannya untuk biaya wisuda pastinya akan membutuhkan dana. Uang untuk ongkos pulang dijadikan untuk mengurus keperluan menyelesaian segala urusan tugas akhirku.  Dan saat lebaran itu aku sakit. Ya aku sakit, saat pagi nan fitri dari jendela kosan aku melihat gerombolan-gerombolan keluarga datang mengunjungi rumah tetangga. Mereka saling bercengkrama lagi-lagi aku ingat keluarga di rumah. Saat menelpon ke rumahpun ibu lagi-lagi mengangis, tampaknya ibu sering sekali menangis apalagi adik sepupuku yg kerja di Jakarta juga tidak pulang. Ibu menangis karena aku tdk bisa pulang, sakit pula. Tapi saat ujian sidang selesai semua terbalaskan. Dan saat itulah ibu bilang kata-kata yg kutuliskan di atas.
Saat itulah satu kalimat yg disimpan ibu selama ini terucap dari ibuku sambil menangis ibu berkata:
"Akhirnya kamu bisa berhasil, Nak walau banyak orang di sini yg bilang kamu tidak akan bisa menyelesaikan kuliahmu karena kita orang tak punya"
sebuah kalimat yg pernah diucapkan oleh nenekku, cuma waktu itu ibuku bilang:" jangan dipikirkan, tidak ada yg bilang seperti itu, kami pasti mengusahan kami bisa selesai sampai akhir"
Satu hal lagi yg mungkin membuat perasaanku bercampur saat ibuku bilang:
"Maaf ya, Nak mungkin sampai diakhir kami tidak bisa melihatmu di sana, dan saat wisuda nanti pun kami tidak akan bisa melihat seperti apa kampusmu itu"
Kata-kata itu sudah sangat sering terucap dari ibuku, bahkan sejak aku menduduki tahun terakhir kuliah setiap kali menelpon ibu selalu berkata  seperti itu. Ya, sepertinya ayah dan ibu tidak akan bisa hadir saat aku memakai toga, saat namaku disebut di acara wisuda nanti. Kami tidak punya cukup uang untuk biaya ayah dan ibu berangkat ke Bogor. Ya Allah, ini perasaan yang kalau boleh jujur aku sedih sebenarnya, tapi aku hanya bisa bilang ke mereka saat mereka bertanya ''apakah tidak apa-apa kami tdk datang di wisudamu di saat teman-temanmu yg lain pastinya didampingi keluargamu sedangkan kamu mungkin hanya akan didampingin oleh kakak sepupumu dan adik sepupumu yg sudah bekerja di jakarta''
aku hanya bilang aku tidak apa-apa, walau sebenarnya hati ini ingin menangis, karena hingga akhirpun ayah dan ibu tidak bisa melihat tempat dimana anaknya kulaih. Selama ini dia hanya mendengar cerita dariku dan dari orang-orang seperti apa kampusku, seperti apa asramaku, seperti apa tempat kosku dan seperti apa Bogor itu. Bahkan kalau boleh aku berkata entah benar anaknya ini kuliah di Bogor entah tdk karena mereka hanya bisa mendengar cerita,. Ya hanya mendengar cerita saja. Tidak tahu seperti apa kuliah itu, hanya manggut-manggut saat aku bercerita tentang kehidupan kampus karena mereka tdk pernah mengecap pendidikan sampai setinggi itu. Dan sekarang saat aku persembahkan gelar SARJANA ini untuk mereka mereka tidak akan bisa melihat aku memakai toga, tidak akan pernah bisa berfoto di sampingku saat wisuda dan aku tidak bisa memiliki foto dan kenangan saat wisuda bersama ayah dan ibuku.
Ibu juga bilang:"
Jangan lupa foto yg bagus untuk ayah dan ibu lihat-lihat nanti, walau ayah dan ibu tidak ada di sana"
Ya Allah.., dadaku sesak mendengarnya. Nenekku juga bilang:
"Nanti nenek usahakan kamu beli baju yg bagus karena ini wisuda sangat berarti buat kita, tapi kami tdk bisa ke sana"
Walau hari ini, saat aku menuliskan semuanya ini aku belum wisuda, tapi aku hanya berpikir semoga aku sanggup menghadapi suatu hari nanti saat yg lain dipeluk oleh ayah dan ibunya dan berfoto bersama, sedangkan aku hanya bayangan ayah dan ibu di sampingku. Kenapa tidak, dulu saat yang lain diantar oleh ayah dan ibunya registrasi di kampus pertama kalinya. Aku...., hanya sendiri, dan aku saat semua pengorbanan yg telah aku lakukan dimana dulu saat ayah dan ibu tdk bisa mengantarku aku masih bisa menahannya. Apakah aku bisa saat diakhirnya ayah dan ibu masih tdk bisa menemaniku.
Aku cuma berharap dan cita-citaku adalah membawa ayah, ibu dan adikku ke Bogor suatu saat nanti. Jika orang lain bercita-cita ingin memberangkatkan orangtuanya haji, kalau aku yg pertama kali cita-citaku adalah ingin memberangkatkan ayah, ibu dan adikku ke kampusku. Dimana saat itu nanti aku akan mengajak mereka berkeliling kampus yang telah memberiku kesempatan untuk sampai di titik ini. Saat itu aku akan berkata pada mereka:
"Ayah, Ibu.., ini adalah kampus, tempat aku anakmu DULU menuntut ilmu hingga sampai ke titik ini. Terimakasih telah memberiku kepercayaan selama ini dan tanpa doa dari ayah dan ibu tidak akan bisa sampai kuliah dikampus sebesar ini"
Aku juga mengucapkan terimakasih kepada semua sahabat-sahabat yg telah membantuku yang juga telah berhasil memperoleh gelar SARJANA. Terimakasih karena telah mendengarkan segala cerita hatiku selama ini, semoga persahabatan ini di saat yg satu membutuhkan yg lain seperti mendapat tanda-tanda kalau sahabatnya membutuhkannya terjalin sampai nanti..., dan nanti...,
------------Kebahagian terbesarku saat aku melihat ayah dan ibuku hidup bahagia--------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar