Setiap
orang pasti ada suatu peristiwa yang membuat dirinya bahagia, sedih,
mengharukan, tak terlupakan dan apalah itu, masih banyak lagi ungkapan
perasaaan lainnya. Peristiwa yang membuat aku memiliki suatu perasaan
yang tidak bisa dilukiskan entah terharu, bahagia, sedih, semua bercampur
menjadi satu adalah saat ayah dan ibuku bilang:
"Kami
bangga padamu, pengorbanan yang kami lakukan untukmu tdk sia-sia. Kamu
benar-benar membuat ayah dan ibu bahagia. Rasa lelah ayah dan ibu di sawah
telah terbayar dengan apa yg kamu lakukan selama ini. Terimakasih Nak, kamu
telah menjadi anak yang baik bagi kami. Kamu benar-benar membuat ayah dan ibu
bahagia"
Cuma
beberapa potong kalimat yang keluar dari ayah dan ibuku, tapi itu membuat semua
rasa ini tak menentu. Aku merasa belum melakukan apa-apa buat mereka, tapi
mereka sudah bilang seperti itu hanya karena aku sudah menyelesaikan kuliah.
Ya.., mungkin bagi sebagian orang hal itu biasa saja. Toh, banyak kok yang
lulus kuliah dan itu bukanlah suatu pencapain yang luar biasa. Tapi, bagi aku
dan keluargaku ini merupakan suatu pencapaian yang sangat.., sangat luar biasa.
Kenapa tidak untuk mencapai titik ini aku membutuhkan banyak pengorbanan.
Masih
terekam jelas di ingatan ini, 4 th yang lalu tepat pada tanggal 27 Juni 2009
aku berangkat ke kota hujan ini untuk mencari setitik ilmu. Walau berat, aku
harus terus melangkah. Mungkin hanya dengan ini aku bisa mengubah hidup ini.
Aku ingin membuat ayah dan ibuku bahagia. Keputusan untuk melanjutkan studi di
tanah jawa adalah cita-citaku sejak awal masuk SMA. Saat aku utarakan niatku
pada ayah dan ibu mereka hanya bilang "Ya
sudah, kamukan baru masuk SMA masih ada waktu untuk berpikir, kita lihat saja
nanti". Aku tahu
ayah dan ibu berat menyetujui keputusanku yang tidak berubah. Aku benar-benar
tidak mengubah keinginanku, apalagi saat aku di terima sebagai mahasiswa
undangan di salah satu perguruan tinggi ternama di Bogor. Aku meyakinkan ayah
dan ibu, hingga aku pun berangkat pagi itu.
Aku
berangkat hanya dengan berbekalkan tekad yang tulus dan doa dari keluarga,
walau banyak yang bilang aku tidak akan bisa menyelesaikan kuliahku di sana
nantinya. Kenapa tidak.., aku hanya dari keluarga kecil yang dari beberapa
generasi pada keluarga kami belum ada yang mengecap pendidikan sampai ke
tingkat perguruan tinggi dan ayahku hanyalah seorang petani kecil di sebuah
desa di Sumatera Barat yang saat dicari di peta aku yakin tidak akan ditemukan.
Ibuku juga seorang petani yang karena keadaan ekonomi harus ikut turun ke
sawah. Teriknya panas telah membakar wajahnya, walau ibuku masih muda tapi
wajahnya sudah terbakar sinar matahari setiap hari.
Semua
demi membantu ayah tercinta agar roda perekonomian di keluarga kami masih terus
berjalan. Bahkan aku, saat masih sekolahpun tidak jarang juga ikut membantu ibu
di sawah menanam padi, menyaingi padi, panen padi, menanam sayuran, dll. Semua
sudah pernah aku lakukan. Aku bersama teman-teman sepermainan dan saudara
sepupuku di saat anak-anak lain bermain kami sibuk di sawah dan ladang membantu
mereka di sawah. Biasanya saat sekolah libur, terutama hari minggu kami akan
diminta bantuan untuk membantu para tetangga yang panen atau mengolah
ladangnya. Karena dari situ kami akan mendapatkan upah. Hanya dari upah ini
kami biasa membeli apa yang kami inginkan seperti baju lebaran, atau hanya
untuk uang jajan di sekolah.
Ya
begitulah masa-masa aku sekolah. Panasnya matahari telah aku rasakan. Aku tidak
ingin terlalu lama merasakan panasnya, dan aku juga tidak ingin ayah dan ibu
sampai masa tuanya nanti masih melawan teriknya sang surya. Aku ingin mereka
bahagia menikmati masa tua. Dari itu aku berjuang belajar mati-matian.
Alhamdulillah, masa sekolah semua berjalan mulus. Aku selalu juara kelas dari
SD-SMA dan mendapatkan beberapa beasiswa. Ini cukup untuk sekolahku.
Dan
pagi itu, aku ingin membuktikan kalau aku bisa seperti mereka yang bisa kuliah
di kampus-kampus terbaik di negeri ini. Aku berhasil diterima sebagai mahasiswa
undangan di salah satu kampus terbaik di negeri ini. Ini merupakan titik awal
perjuanganku. Perjuangan yang sebenarnya baru saja akan dimulai. Pagi itu, ku
pandangi wajah ibu, dengan linangan air mata ibu mengantarku. Kakak ibuku,
nenek, adikku, sepupu, ayah semua keluarga dan sahabatku mengantar
keberangkatanku. Dengan berat aku segera melangkah, ku pandangi bunga-bunga di
halaman rumah yg sudah kurawat selama ini. Aku akan meninggalkan desaku, saksi
yang telah melihat aku tumbuh selama 18 th ini. Berangkat ke Bogor, sebuah kota
yang belum pernah aku ke sana, entah seperti apa.
Mobil
melaju meninggalkan rumah, keluarga dan sahabat-sahabatku. Aku yg waktu itu
diantar oleh ayah dan pamanku ke bandara internasional minangkabau. Sepanjang
perjalanan ke bandara aku masih berpikir. Aku masih tdk percaya aku akan
merantau. Kupandangi sepanjang jalan, apalagi saat melewati jalan yg sering ku
lalui pulang sekolah bersama sahabatku Rika dan Sari. Dalam hati aku berkata
" Aku pasti akan kembali lagi".
Saat yg
mengharukan saat aku harus berpisah dengan ayah. Ayah hanya bisa mengantarkanku
sampai bandara, tdk bisa mengantar sampai ke Bogor. Karena uang kami tidak
cukup untuk membeli tiket. Tapi ayah yakin aku bisa sampai dg selamat di Bogor
walau sendri. Ya Allah.., aku tdk tahu waktu itu hanya yakin dg doa dari ayah
aku pasti selamat sampai di Bogor. Walau tdk pernah ke sana. Saat berangkat
ayah yg selama ini menurutku sangat pendiam, kalau bicara hanya seperlunya.
Hari itu hanya bilang :
"Hati-hati
ya, ayah yakin kamu pasti bisa dan berhasil. Doa ayah selalu menyertaimu.
Jangan lupa selalu berdoa dan sholat. Nanti kuliahnya yg rajin biar tdk seperti
ayah dan ibu. Kamu pasti bisa mendapatkan kehidupan yg layak nantinya. Selalu
beri kami kabar dari sana, walau ayah juga tdk tahu seperti apa keadaan di sana
nantinya. Maaf ayah tdk bisa mengantarmu seperti ayah-ayah yg lain yg mengantar
anaknya ke sana."
Ini
kalimat terpanjang yg pernah diucapkan ayah pdku. Aku lihat ayah meneteskan
airmata. Aku tahu ayah telah berjuang demi keluarga kami selama ini. Aku akan
selalu ingat pesan ayah. Aku pun memasuki bandara. Ini pertama kalinya memasuki
bandara, entahlah yg ada cuma perasaan yakin. Sampai di bandara Jakarta aku
dijemput oleh kakak sepupu. Singkatnya aku sampai di Bogor, sebuah kota yang
terbilang unik. Sampailah di kampus tercinta yg dikenal dengan kampus hijau.
Saat registrasi ulang, saat teman-teman yg lain diantar kerabatnya aku hanya
sendiri. Apalagi yg diterima dari sekolahku hanya aku seorang. Kemana-mana
sendiri, walau aku memang sudah punya teman yg baru kukenal dari daerah lain, tapi
tetap saja berbeda karena kita hanya sendiri. Saat masuk asrama, saat
teman-teman lainnya diantar oleh keluarganya aku hanya sendiri.
Ya
allah, ini pengorbanan perasaan. Entah apalagi. Hari-hari awal masuk asrama
saat orang-orang masih dikunjungi oleh keluarganya aku hanya termenung dari
jendela kamar sambil memperhatikan mereka dari jauh. Saat tahun pertama, saat
lebaran aku tidak bisa pulang lagi-lagi karena tdk ada biaya untuk ongkos
pulang. Alhasil aku lebaran di rumah teman seasrama. Di pagi nan fitri itu th
2009, mereka sekeluarga berkumpul. air mataku tak terbendung lagi, biasanya
saat seperti ini aku berkumpul dengan keluargaku. Saat aku telpon keluarga di
rumah, hanya isak tangis dari ibuku sambil bilang:
"Beginilah,
Nak kalau kita orang tak punya. Sedih hati ibu kamu tdk bisa pulang. Saat
anak-anak yg kuliah lainnya plg kamu tdk bisa"
Aku
hanya terdiam, mungkin ini perjuanganku. Awal masuk kuliah aku sibuk mencari
beasiswa ke sana-ke mari. Alhamd. dapat dan lumayan membantu ayah dan ibu.
Tahun kedua dan ketiga tdk begitu banyak cerita dan aku bisa pulang saat
lebaran walau di hari kedua lebaran harus balik lagi ke Bogor karena kalau
ditunta harga tiket akan melambung. Kalau naik kendaraan jalur darat
perjalanannya bisa 2 hari, aku tdk kuat perjalanan selama itu. Mungkin karena
sejak masa sekolah aku sering kerja keras dan saat kuliah kegiatanku jadi
berkurang. Alhasil tubuh rasanya sedikit terguncang menghadapi keadaan yg
berubah drastis. Memasuki tahun akhir kuliah, saatnya penyusun tugas akhirnya.
aku masih tdk percaya aku bisa melangkah sejauh ini. Nenekku juga bilang: banyak
orang bilang kamu tidak akan bisa sampai tingkat akhir, biaya kuliah itukan
mahal". Aku
hanya yakin pasti ada kemudahan jika kita mau berusaha.
Nelpon
ke rumah sangat sering, aku selalu menceritakan apa yg terjadi saat aku kuliah,
bahkan jika ada kisah percintaan aku selalu cerita ke ibuku, ayahku hanya
mendengarkan dari belakang. Ayah.., ya walau hanya sedikit bicara tapi dia
adalah ayah terbaik di dunia versiku. Peristiwa yg paling membuat perasaanku
bercampur aduk saat aku akan ujian akhir (ujian sidang skripsi). Hari itu
tanggal 22 Agustus 2013 jam 13.30 aku akan melaksanaka ujian sidang skripsi,.
Ya allah hari ini adalah titik akhir dari perjuanganku selama ini. Perasaanku
bercampur aduk. Malam sebelumnya menelpon pada ayah dan ibu. Ku utarakan
perasaanku yg sedikit gugup menghadapi ujian. Ayah dan ibu bilang "Kami
doakan dari sini. kamu pasti bisa"
Doa
ayah dan ibu dan keluarga lainnyamembantu perjalanaku selama ini. Alhamdulillah
aku bisa melewati ujian dg baik. Aku tersentuh saat dosen bilang:
"
Sampaikan salam kami kepada ayah dan ibu di rumah, karena anaknya sudah
berhasil lulus dg baik. Terimakasih kami ucapkan karena telah menititpkan
anaknya di kampus ini. Selamat kepada orang tuamu karena anakknya telah
berhasil meraih gelar SARJANA".
Aku
pasti sampaikan salam bapak dan ibu dosen. Yaa, akhirnya hari itu aku berhasil
mempersembahkan gelar SARJANA pada keluargaku. Sebuah pencapain yang
benar-benar butuh perjuangan. Apalagi saat salah satu dosen berkata: "Dia
tidak pulang lho, saat lebaran kemaren, udh gitu sakit lagi di kosan"
Dosen yg lain juga berkata:"
"Sungguh
besar pengorbananmu untuk mencapai titik ini, tapi akhirnya hari ini telah
membuahkan hasil. Kamu berhasil lulus dg baik"
Ya, aku
saat tahun terakhir kuliahku juga tidak bisa pulang saat lebaran sama seperti
saat tahun pertama kuliah. Lagi-lagi karena masalah biaya, karena ke depannya
untuk biaya wisuda pastinya akan membutuhkan dana. Uang untuk ongkos pulang
dijadikan untuk mengurus keperluan menyelesaian segala urusan tugas akhirku.
Dan saat lebaran itu aku sakit. Ya aku sakit, saat pagi nan fitri dari
jendela kosan aku melihat gerombolan-gerombolan keluarga datang mengunjungi
rumah tetangga. Mereka saling bercengkrama lagi-lagi aku ingat keluarga di
rumah. Saat menelpon ke rumahpun ibu lagi-lagi mengangis, tampaknya ibu sering
sekali menangis apalagi adik sepupuku yg kerja di Jakarta juga tidak pulang.
Ibu menangis karena aku tdk bisa pulang, sakit pula. Tapi saat ujian sidang
selesai semua terbalaskan. Dan saat itulah ibu bilang kata-kata yg kutuliskan
di atas.
Saat
itulah satu kalimat yg disimpan ibu selama ini terucap dari ibuku sambil
menangis ibu berkata:
"Akhirnya
kamu bisa berhasil, Nak walau banyak orang di sini yg bilang kamu tidak akan
bisa menyelesaikan kuliahmu karena kita orang tak punya"
sebuah
kalimat yg pernah diucapkan oleh nenekku, cuma waktu itu ibuku bilang:" jangan dipikirkan, tidak ada yg
bilang seperti itu, kami pasti mengusahan kami bisa selesai sampai akhir"
Satu
hal lagi yg mungkin membuat perasaanku bercampur saat ibuku bilang:
"Maaf
ya, Nak mungkin sampai diakhir kami tidak bisa melihatmu di sana, dan saat
wisuda nanti pun kami tidak akan bisa melihat seperti apa kampusmu itu"
Kata-kata
itu sudah sangat sering terucap dari ibuku, bahkan sejak aku menduduki tahun
terakhir kuliah setiap kali menelpon ibu selalu berkata seperti itu. Ya,
sepertinya ayah dan ibu tidak akan bisa hadir saat aku memakai toga, saat
namaku disebut di acara wisuda nanti. Kami tidak punya cukup uang untuk biaya
ayah dan ibu berangkat ke Bogor. Ya Allah, ini perasaan yang kalau boleh jujur
aku sedih sebenarnya, tapi aku hanya bisa bilang ke mereka saat mereka bertanya
''apakah tidak apa-apa kami
tdk datang di wisudamu di saat teman-temanmu yg lain pastinya didampingi
keluargamu sedangkan kamu mungkin hanya akan didampingin oleh kakak sepupumu
dan adik sepupumu yg sudah bekerja di jakarta''
aku
hanya bilang aku tidak apa-apa, walau sebenarnya hati ini ingin menangis,
karena hingga akhirpun ayah dan ibu tidak bisa melihat tempat dimana anaknya
kulaih. Selama ini dia hanya mendengar cerita dariku dan dari orang-orang
seperti apa kampusku, seperti apa asramaku, seperti apa tempat kosku dan
seperti apa Bogor itu. Bahkan kalau boleh aku berkata entah benar anaknya ini
kuliah di Bogor entah tdk karena mereka hanya bisa mendengar cerita,. Ya hanya
mendengar cerita saja. Tidak tahu seperti apa kuliah itu, hanya manggut-manggut
saat aku bercerita tentang kehidupan kampus karena mereka tdk pernah mengecap
pendidikan sampai setinggi itu. Dan sekarang saat aku persembahkan gelar
SARJANA ini untuk mereka mereka tidak akan bisa melihat aku memakai toga, tidak
akan pernah bisa berfoto di sampingku saat wisuda dan aku tidak bisa memiliki
foto dan kenangan saat wisuda bersama ayah dan ibuku.
Ibu
juga bilang:"
Jangan
lupa foto yg bagus untuk ayah dan ibu lihat-lihat nanti, walau ayah dan ibu
tidak ada di sana"
Ya
Allah.., dadaku sesak mendengarnya. Nenekku juga bilang:
"Nanti
nenek usahakan kamu beli baju yg bagus karena ini wisuda sangat berarti buat
kita, tapi kami tdk bisa ke sana"
Walau
hari ini, saat aku menuliskan semuanya ini aku belum wisuda, tapi aku hanya
berpikir semoga aku sanggup menghadapi suatu hari nanti saat yg lain dipeluk
oleh ayah dan ibunya dan berfoto bersama, sedangkan aku hanya bayangan ayah dan
ibu di sampingku. Kenapa tidak, dulu saat yang lain diantar oleh ayah dan
ibunya registrasi di kampus pertama kalinya. Aku...., hanya sendiri, dan aku
saat semua pengorbanan yg telah aku lakukan dimana dulu saat ayah dan ibu tdk
bisa mengantarku aku masih bisa menahannya. Apakah aku bisa saat diakhirnya
ayah dan ibu masih tdk bisa menemaniku.
Aku
cuma berharap dan cita-citaku adalah membawa ayah, ibu dan adikku ke Bogor
suatu saat nanti. Jika orang lain bercita-cita ingin memberangkatkan
orangtuanya haji, kalau aku yg pertama kali cita-citaku adalah ingin
memberangkatkan ayah, ibu dan adikku ke kampusku. Dimana saat itu nanti aku
akan mengajak mereka berkeliling kampus yang telah memberiku kesempatan untuk
sampai di titik ini. Saat itu aku akan berkata pada mereka:
"Ayah,
Ibu.., ini adalah kampus, tempat aku anakmu DULU menuntut ilmu hingga sampai ke
titik ini. Terimakasih telah memberiku kepercayaan selama ini dan tanpa doa
dari ayah dan ibu tidak akan bisa sampai kuliah dikampus sebesar ini"
Aku
juga mengucapkan terimakasih kepada semua sahabat-sahabat yg telah membantuku
yang juga telah berhasil memperoleh
gelar SARJANA. Terimakasih karena telah mendengarkan segala cerita hatiku
selama ini, semoga persahabatan ini di saat yg satu membutuhkan yg lain seperti
mendapat tanda-tanda kalau sahabatnya membutuhkannya terjalin sampai nanti...,
dan nanti...,
------------Kebahagian
terbesarku saat aku melihat ayah dan ibuku hidup
bahagia--------