Minggu, 08 Juni 2014

Entahlah...

tak ada yang tau apa yang sedang kupikirkan dan yang telah kupikirkan. Aku selalu larut dalam pikiranku sendiri. Sebagian orang merasa dirinya sangat mengerti aku, padahal mereka hanya tau kulit luarnya saja, dia tidak tahu apa yang ada di hatiku. Terkadang aku merasa sedih. Dan di saat kesedihan itu menyerang hanya hembusan angin yang menemaniku. Aku akan pergi ke taman, atau menatap aliran air di sebuah danau berharap semua kegundahanku lepas di luasnya air di danau. Terkadang aku akan menatap taburan bintang di malam kelam atau menatau rintikan air hujan yang jatuh di bumi jika hujan turun. Atau aku akan pergi ke taman memandangi rerumpunan pohon dan bunga-bunga sambil menikmati kicauan burung. Dengan begitu dapat mengobati sedikit luka di hatiku dan dapat membangkitkan semangatku jika sudah mulai kendur. Aku tahu aku bukanlah seseorang yang istimewa, tapi aku percaya bagi ayah dan ibu aku adalah anak yang istimewa.
 Aku tidak tahu apa yang sedang kurasakan yang jelas aku hanya ingin menuliskan saja. Aku hanya ingin menuliskan kalau aku dilanda kebimbangan. Setelah dipikir-pikir sepertinya aku diliputi kebimbangan dan resah karena satu hal yaitu “cinta”. Ini mungkin sedikit berlebihan, tapi aku bukanlah orang yang mudah untuk berbagi cerita tentang apa yang sedang kurasakan. Tapi perasaan yang “aneh” ini sedikit mengggangguku. Di usiaku yang ke 21 th aku belum pernah berpacaran sekalipun. Ada yang percaya dan ada pula yang tidak. Bukan karena tidak ada yang menyukaiku, ada. Tapi ini adalah pilihan yang ku buat untuk menjaga hati agar tetap suci. Suci dalam artian, aku tidak ingin jatuh cinta pada seseorang yang belum saatnya dihalalkan untukku. Mungkin terdengar sedikit berlebihan, tapi aku ini adalah orang yang terkadang mudah untuk jatuh cinta dan di sisi lain juga susah untuk jatuh cinta (membingungkan memang). Maksudnya, disaat aku bertemu dengan seseorang dan aku merasa memiliki “sesuatu” yang aku sendiri tidak tahu apa itu (seperti rasa tertarik pada pandangan pertama-mungkin), dalam waktu dekat aku pasti bisa menyukai orang itu. Tapi jika di awal aku sudah tidak merasakan apa-apa pada orang itu, mau dia melakukan PDKT seperti apapun aku tidak akan pernah menyukai dalam artian jatuh cinta padanya. Itulah diriku yang aku sendiri tidak mengerti.
Karena aku orangnya seperti itu, sehingga di saat aku sudah menyukai seseorang jika aku tidak menepis perasaan suka itu, lama-kelamaan rasa suka itu akan berganti menjadi cinta. Jika sudah demikian aku akan sulit sekali melupakan orang itu, dalam sehari aku pasti akan memikirkannya, tanpa peduli apakah dia juga memikirkanku juga atau tidak. Hal ini tentunya sangat menyiksa apalagi jika aku tidak tahu apakah orang yang kusukai memiliki perasaan yang sama atau tidak. Syukur-syukur jika dia juga menyukaiku jika tidak, lebih menyakitkan lagi. Ini pernah kualami. Ceritanya begini.

Alkisah, duluuuu aku pernah berkenalan dengan seseorang. Dia kakak kelasku. Kalau menurut survei dari pendapat beberapa teman-teman perempuanku katanya dia itu lumayan. Lumayan tampan-sepertinya. Tinggi, putih, cool lagi. Sepertinya idaman banyak wanita. Saat pertama kali bersua, sepertinya aku mulai tertarik padanya-sedikit. Lama-kelamaan sepertinya perasaan ini sukar sekali terbendung. Mungkin karena sering bertemudan mungkin karena aku tidak bersaha untuk menepis rasa yang kian hari kian tumbuh. Apalagi beberapa temanku sering melapor padaku katanya mereka sering melihat dia memandangku diam-diam. Aku sedikit senang tentunya. Hal itu berlangsung setahun, dua tahun, hingga 5 tahun aku mengenalnya. Sepertinya memang berlebihan menyukai seseorang secara diam-diam selama itu.
Terkadang sedikit melelahkan karena dia tidak juga kunjung menyatakan cintanya padaku. Jujur aku sedikit berharap jadi seseorang yang istimewa di sampingnya. Menurut survei (lagi) dari teman-temanku sepertinya dia juga memiliki rasa yang sama denganku (aku tidak terlalu yakin juga). Tapi tidak mungkin jika aku yang mengutarakan perasaan ini terlebih dulu, dalam kamusku tidak ada wanita yang duluan mengutarakan perasaannya. Walaupun sekarang sudah emansipasi wanita. Rasanya kurang pas. Walau kenyataan sekarang tidak sedikit wanita yang mengutarakan perasaannya lebih dulu, tapi aku sepertinya bukan termasuk golongan itu. Yaaah, begitulah aku terkadang terlalu gengsi untuk mengakui apa yang sebenarnya di dala hati ini.
Alhasil, kupendamlah perasaan ini sampai berjamur-mungkin. Disaat-saat aku memendam rasa ini, ada beberapa cowok yang PDKT ingin menjadi seseorang yang special di hatiku. Tapi, maaf rasaku sepertinya sudah milik kakak kelas itu. Mungkin selanjutnya aku menyebutnya kakak kelas saja. Tak mengerti dengan kegalauan ini, aku curhat pada teman-temanku.
Jawaban mereka: “sepertinya dia juga menyukaimu”. Tidak puas dengan jawaban teman-temanku, aku pun curhat pada ibu. Biasanya nasehat dari ibu sangat manjur.Kali ini ibu menjawab: “Ibu juga pernah muda dan pernah merasakan apa yang kamu rasakan saat ini, ibu lihat sepertinya dia menyukaimu. Pandangan matanya terlihat berbeda sama seperti pandangan mata ayahmu pada ibu dulu”. Aku jadi semakin galau, ingin mengutarakan perasaan ini terlaebih dulu, takut. Takut ditolak, sepertinya tidak, tapi aku merasa takut saja. Akhirnya aku pendam lagi perasaan ini hingga 6 tahun. Memasuki tahun ke-7 kabar mengejutka terjadi, dia tiba-tiba jadian dengan adik kelasku. Sedihh eyyh. Kok bisa???, berarti selama ini cintaku bertepuk sebelah tangan. Ohh tidak, ini begitu menyakitkan.
Tak lama kemudian, lagi-lagi temanku melapor, katanya dia sekarang sudah putus. Hanya bertahan beberapa minggu saja. Sedikit bersyukur dengan putusnya hubungan mereka. Dia masih memberi sedikit perhatian dengan tatapannya yang aku tidak tahan memandangnya dan membuat jantung ini berdegup lebih kencang dari pada biasanya. Tapi pertengahan tahun ke-8 aku mengenalnya, dia tiba-tiba punya pacar baru. Hikzz…., sedih tak terkata. Aku lagi-lagi menunggu, sepertinya mereka masih bersama. Aku bertanya pada ibuku, ada apa dengan diriku. Aku sudah terlanjur mencintainya, tapi dia malah bersama yang lain.
Ibu hanya menjawab, itu karena kamu sering menghindar darinya, makanya dia mencari yang lain. Aku tambah bingung. Memang terkadang aku sedikit menghindar darinya, tujuanku sebenar hanya tidak ingin perasaan ini semakin larut. Tapi disaat dia bersama wanita lain, ternyata lebih menyakitkanku. Aku  merasa di saat di masih sendiri dia akan segera menyatakan perasaannya padaku, hingga aku terus menunggu dan menunggu. Bahkan disaat ada cowok lain yang mendekatiku aku masih setia menunggu, karena aku takut jika aku dekat dengan cowok lain dan tiba-tiba dia menyatakan perasaannya itu tentunya akan tidak adil bagi cowok yang berusaha mendekatiku. Makanya lebih baik aku haya menunggu untuknya.
Tapi disaat kakak itu sudah memberikan tanda-tanda ingin mengutarakan perasaannya padaku, aku malah menghindar. Entah kenapa aku merasa takut saja, aneh memang. Mungkin dia cukup lelah dengan sikapku yang tak jelas ini hingga dia memilih mundur-entahlah. Saat dia sudah bersama orang lain barulah dada ini rasanya sakittt sekali. Sedih, menyesal, entah apalagi. Aku sempat down saat dia jadian dengan seseorang teman wanitanya. Rasanya dada ini sakit saat dia selalu bersama dengan wanita lain. Itu berlangsung hampir 1 tahun. Aku menyibukkan diri dengan belajar, agar aku bisa mengalihkan pikiranku. Tak kuhiraukan jika ada cowok lain yang berusaha mencari perhatianku. Hatiku mulai beku.
Tapi, aku melihat dia lebih banyak tersenyum dengan wanita itu. Okee lah, berarti dia sudah bahagia dengan pilihan hatinya, sekarang aku tinggal menata hatiku ini. Aku dan dia masih sering bertemu dan ini ternyata menyakitkan, 1 th kemudian dia sudah kuliah. Aku bernapas lega, paling tidak aku tidak melihatnya lagi di sekolah itu artinya frekuensiku bertemu semakin sedikit. Tapi entah kenapa berita tentangnya selalu saja datang dari teman-temanku, membuat kupingku terasa panas saja. Detik-detik terakhir masa sekolah, aku baru sadar kalau dia kuliah di univ. yang aku juga berencana kuliah di sana nantinya jika aku lulus. Sepertinya aku harus membatalkan kuliah di sana, aku tidak ingin bertemu lagi dengannya biar aku bisa menata hati ini.
Okee…, pilihan terbaik adalah merantau. Dan memulai dengan semangat yang baru, pilihanku Pulau Jawa, ku pilih yang tidak terlalu jauh dengan Sumatera. Berbekalkan jerih payahku selama SMA aku memanfaatkan nilai raport yang lumayan bagus untuk mendaftar PMDK di dua perguruan tinggi ternama di P. jawa. Tiap hari aku selalu berduo semoga aku lulus. Alhasil, saat aku ujian PRA-UN, ada surat dari salah satu perguruan tinggi yang menyatakan aku diterima sebagai mahasiswa di sana. Alhamdulilah, akhirnya.
Dengan senyum jahat, ku ucapkan. Selamat tinggal masa lalu. Aku berangkat ke tanah jawa, sembari meninggalakan kisah kasihku yang tak sampai dan menyakitkan hatiku. Beberapa hari di tanah jawa, aku yang berasal dari desa sedikit tidak mengenal teknologi. Aku baru mengenal facebook (hihihi…., malu jika mengingatnya). Untung aku memiliki teman-teman yang baik hati di sana, aku dibikinkan akun facebook (hahaha). Suasana baru, teman baru, budaya yang baru membuatku merasa sebagai diri yang baru. Tapi, perasaan itu kembali lagi saat dia me-add, dan dia termasuk kelompok orang pertama yang me-add facebookku. Sedihh (lagi), tapi aku tidak sampai menangis karena dia tidak pantas ditangisi. Tahun pertama kuliah, aku masih sering memandangi fotonya di dunia maya, sering buncah saat dia dan kekasihnya menuliskan kata-kata mesra. Rasanya ingin menggaruk tembok.
Aku galau (lagi). Beginilah jika aku sudah terlanjur jatuh cinta. Akhirnya aku pergi ke sebuah taman di kampus sekedar mencari pencerahan dan jawaban dari masalah yang kuhadapi. Karena ku sangat menyukai bunga, maka di saat galau aku biasanya merenung di dekat rimbunan bebungaan. Tapi di taman tidak kutemukan jawabannya. Aku lanjut berjalan ke danau sambil memandangi sekumpulan burung bangau yang bertebangan.
Aku berpikir jernih, sepertinya Allah itu sangat menyayangiku-kenapa begitu? aku ingat banyak teman-temanku yang sering kali curhat tentang pacarnya, hubungan pacaran mereka terkadang mereka juga memintaku pendapat (padahal aku saja belum pernah pacaran), tapi nasehatku selalu manjur-hahahah. Walau aku tidak pernah pacaran, tapi aku paham betul tenang pacaran itu, sehingga teman-temanku curhat padaku. Aku sering mendengar mereka curhat, seperti ini (misalnya):
minggu pertama: Kamu kenapa sih, belum punya pacar juga?? punya pacar itu enak, pokoknya. dia selalu ada saat kita butuhkan, …..,bla.., bla.., bla
minggu kedua: punya pacar itu, bisa mengobati kegalaun, kegundahan, dan saat dia menggenggam tangan ini rasanya berjutaaaa…,  dll…, bla.., bla..,
selanjutnya: kok mulai pusing yah, kalau dia ga balas sms ku?….,
selanjutnya: sepertinya dia sudah tidak sayang lagi padaku…, aduhh.., gimana dong masa tadi aku liat dia sama cewe lain…, bla.., bla
selanjutnya: benar-benar yang bisa dipercaya……… (nangis sambil curhat)
Jadi, menurutku Allah telah melindungiku dari rasa ini. Aku merasa bersyukur tidak jadian dengan kakak kelasku itu. Aku bisa bayangkan jika aku jadian dengannya, pertama mungkin aku tidak akan melanjutkan kuliah di P.jawa, secara banyak sekali pengalaman dan hal-hal positif yang kutemukan di sini dan aku tidak akan meraih mimpi dan pengalaman yang sehebat ini. Kedua, jika pacaran dengannya otomatis kenangan yang indah akan lebih banyak lagi bersamanya sehingga jika ternyata aku berpisah dengannya tentunya akan lebih menyakitkan lagi, mungkin aku akan lebih tersakiti lagi. Apalagi aku tidak tahu apakah dia benar-benar akan bersamaku selamanya (berjodoh) atau hanya sementara saja. Sepertinya, aku mendapatkan jawabannya.
Hingga…, saat pulang dari danau kuputuskan untuk menjaga hatiku untuk tidak berpacaran dulu dengan seseorang sebelum tiba waktunya. Walaupun terkadang aku sering ingin memiliki pacar jika melihat teman-temanku bersama pacarnya atau ada seseorang yang berusaha mendekatiku. Jika, keinginan itu datang lagi, aku akan segera menyadarkan diriku sendiri, karena jika aku sudah jatuh cinta dan pacaran dengan seseorang, mungkin hatiku akan menjadi miliknya sebutnya sekitar 10%, jika aku pernah menberi hatiku pada 3 orang pria berarti sudah 30% hati hilang. Lalu hanya 70% yang tersisa untuk seseorang yang kucintai secara halal?. Mungkin membingungkan, maksudnya seperti ini jika seseorang pernah pacaran 3 kali, berarti dia punya mantan 3 orang. Dan aku pernah bertanya pada seorang sahabat seperti ini:
aku: “Apakah kamu masih cinta sama mantanmu?”
shb: ” ga.., yang ada malah males sama benci liat mukanya”
aku: ” Yakinnnn???”
(Curhat dari hati ke hati)
shb: “sebenarnya masih sih.., masih cinta dikit, kalau ketemu rasa itu masih ada dikit”
Nahhhh…., tidak mungkin rasa itu hilang 100%, pasti masih ada. Jika kita telah berpacaran dengan 3 pria. Saat bertemu rasa itu masih ada 10%, dan jika 3 pria rasa dan hati ini akan ada di 3 pria yang berbeda sebanyak 30%, lalu hanya 70% hati ini untuk seseorang yang kita cintai secara halal. Belum lagi, selama pacaran mungkin ada kontak fisik terlarang yang pernah terjadi. Minimal tatapan mata yang mendebarkan yang membuat perasaan cinta semakin tumbuh. Membuat dunia ini terasa milik berdua, lalu jika sudah saling cinta seperti itu, rasa ingin memiliki, selalu ingin bersama tapi belum mungkin karena masing-masing mungkin belum bisa untuk bersatu dalam suatu ikatan yang suci-pernikahan, karena belum mampu.
Lama kelamaan cinta berkembang dan masing-masing tidak mau pasangannya dekat dengan orang lain, perlahan-lahan timbullah satu persatu kesalahpahaman. Akhirnya, memilih berpisah. Perpisahan, ada yang masih menyisakan cinta dan ada juga menyisakan kebencian. Jika perpisahan masih menyisahakan cinta, saat dia sudah bersama orang lain secara halal dan tiba-tiba bertemu dengan mantannya debaran itu masih ada artinya dia tidak bisa memberikan 100% kepng hatinya untuk orang yang dicintainya secara halal.
Tidak…., aku tidak mau itu terjadi. Aku hanya ingin memberikan 100% keping hatiku untuk orang yang kucintai secara halal, dan aku tidak mau jika seseorang menatapku penuh cinta tanpa suatu ikatan yang suci.
Dan jika ada yang bertanya padaku, “pacaran itu enak lho, kenapa kamu masih belum mau pacaran?”Aku akan menjawab: karena menjaga rasa yang sakral ini hingga menemukan tempat yang tepat dan dengan cara yang halal. Aku percaya wanita baik-baik hanya untuk laki-laki yang baik. Akan terus kujaga diriku dan hati ini hingga nanti tiba waktunya akan ku berikan pada seseorang utuh 100% hatiku dan diriku untuk seseorang yang juga telah berusaha menjaga hati dan dirinya untukku seorang. dan karena aku menghendaki keutuhan rasa sayang dan rasa cinta yang sudah aku lindungi ini untuk kuberikan pada seorang pria yang juga menjaga jasmani dan rohaninya demi diriku.
Tepi Danau, 2012
berharap, suatu saat ada yang menemaniku secara halal di pinggir danau ini :D)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar