tak ada yang tau apa yang sedang
kupikirkan dan yang telah kupikirkan. Aku selalu larut dalam pikiranku
sendiri. Sebagian orang merasa dirinya sangat mengerti aku, padahal
mereka hanya tau kulit luarnya saja, dia tidak tahu apa yang ada di
hatiku. Terkadang aku merasa sedih. Dan di saat kesedihan itu menyerang
hanya hembusan angin yang menemaniku. Aku akan pergi ke taman, atau
menatap aliran air di sebuah danau berharap semua kegundahanku lepas di
luasnya air di danau. Terkadang aku akan menatap taburan bintang di
malam kelam atau menatau rintikan air hujan yang jatuh di bumi jika
hujan turun. Atau aku akan pergi ke taman memandangi rerumpunan pohon
dan bunga-bunga sambil menikmati kicauan burung. Dengan begitu dapat
mengobati sedikit luka di hatiku dan dapat membangkitkan semangatku jika
sudah mulai kendur. Aku tahu aku bukanlah seseorang yang istimewa, tapi
aku percaya bagi ayah dan ibu aku adalah anak yang istimewa.
Aku tidak tahu apa yang sedang kurasakan
yang jelas aku hanya ingin menuliskan saja. Aku hanya ingin menuliskan
kalau aku dilanda kebimbangan. Setelah dipikir-pikir sepertinya aku
diliputi kebimbangan dan resah karena satu hal yaitu “cinta”. Ini
mungkin sedikit berlebihan, tapi aku bukanlah orang yang mudah untuk
berbagi cerita tentang apa yang sedang kurasakan. Tapi perasaan yang
“aneh” ini sedikit mengggangguku. Di usiaku yang ke 21 th aku belum
pernah berpacaran sekalipun. Ada yang percaya dan ada pula yang tidak.
Bukan karena tidak ada yang menyukaiku, ada. Tapi ini adalah pilihan
yang ku buat untuk menjaga hati agar tetap suci. Suci dalam artian, aku
tidak ingin jatuh cinta pada seseorang yang belum saatnya dihalalkan
untukku. Mungkin terdengar sedikit berlebihan, tapi aku ini adalah orang
yang terkadang mudah untuk jatuh cinta dan di sisi lain juga susah
untuk jatuh cinta (membingungkan memang). Maksudnya, disaat aku bertemu dengan seseorang dan aku merasa memiliki “sesuatu” yang aku sendiri tidak tahu apa itu (seperti rasa tertarik pada pandangan pertama-mungkin),
dalam waktu dekat aku pasti bisa menyukai orang itu. Tapi jika di awal
aku sudah tidak merasakan apa-apa pada orang itu, mau dia melakukan PDKT
seperti apapun aku tidak akan pernah menyukai dalam artian jatuh cinta
padanya. Itulah diriku yang aku sendiri tidak mengerti.
Karena aku orangnya seperti itu, sehingga
di saat aku sudah menyukai seseorang jika aku tidak menepis perasaan
suka itu, lama-kelamaan rasa suka itu akan berganti menjadi cinta. Jika
sudah demikian aku akan sulit sekali melupakan orang itu, dalam sehari
aku pasti akan memikirkannya, tanpa peduli apakah dia juga memikirkanku
juga atau tidak. Hal ini tentunya sangat menyiksa apalagi jika aku tidak
tahu apakah orang yang kusukai memiliki perasaan yang sama atau tidak.
Syukur-syukur jika dia juga menyukaiku jika tidak, lebih menyakitkan
lagi. Ini pernah kualami. Ceritanya begini.
Alkisah, duluuuu aku pernah berkenalan
dengan seseorang. Dia kakak kelasku. Kalau menurut survei dari pendapat
beberapa teman-teman perempuanku katanya dia itu lumayan. Lumayan
tampan-sepertinya. Tinggi, putih, cool lagi. Sepertinya idaman banyak wanita. Saat pertama kali bersua, sepertinya aku mulai tertarik padanya-sedikit.
Lama-kelamaan sepertinya perasaan ini sukar sekali terbendung. Mungkin
karena sering bertemudan mungkin karena aku tidak bersaha untuk menepis
rasa yang kian hari kian tumbuh. Apalagi beberapa temanku sering melapor
padaku katanya mereka sering melihat dia memandangku diam-diam. Aku
sedikit senang tentunya. Hal itu berlangsung setahun, dua tahun, hingga 5
tahun aku mengenalnya. Sepertinya memang berlebihan menyukai seseorang
secara diam-diam selama itu.
Terkadang sedikit melelahkan karena dia
tidak juga kunjung menyatakan cintanya padaku. Jujur aku sedikit
berharap jadi seseorang yang istimewa di sampingnya. Menurut survei (lagi) dari teman-temanku sepertinya dia juga memiliki rasa yang sama denganku (aku tidak terlalu yakin juga).
Tapi tidak mungkin jika aku yang mengutarakan perasaan ini terlebih
dulu, dalam kamusku tidak ada wanita yang duluan mengutarakan
perasaannya. Walaupun sekarang sudah emansipasi wanita. Rasanya kurang
pas. Walau kenyataan sekarang tidak sedikit wanita yang mengutarakan
perasaannya lebih dulu, tapi aku sepertinya bukan termasuk golongan itu.
Yaaah, begitulah aku terkadang terlalu gengsi untuk mengakui apa yang
sebenarnya di dala hati ini.
Alhasil, kupendamlah perasaan ini sampai berjamur-mungkin.
Disaat-saat aku memendam rasa ini, ada beberapa cowok yang PDKT ingin
menjadi seseorang yang special di hatiku. Tapi, maaf rasaku sepertinya
sudah milik kakak kelas itu. Mungkin selanjutnya aku menyebutnya kakak
kelas saja. Tak mengerti dengan kegalauan ini, aku curhat pada
teman-temanku.
Jawaban mereka: “sepertinya dia juga
menyukaimu”. Tidak puas dengan jawaban teman-temanku, aku pun curhat
pada ibu. Biasanya nasehat dari ibu sangat manjur.Kali
ini ibu menjawab: “Ibu juga pernah muda dan pernah merasakan apa yang
kamu rasakan saat ini, ibu lihat sepertinya dia menyukaimu. Pandangan
matanya terlihat berbeda sama seperti pandangan mata ayahmu pada ibu
dulu”. Aku jadi semakin galau, ingin mengutarakan perasaan ini terlaebih
dulu, takut. Takut ditolak, sepertinya tidak, tapi aku merasa takut
saja. Akhirnya aku pendam lagi perasaan ini hingga 6 tahun. Memasuki
tahun ke-7 kabar mengejutka terjadi, dia tiba-tiba jadian dengan adik
kelasku. Sedihh eyyh. Kok bisa???, berarti selama ini cintaku bertepuk
sebelah tangan. Ohh tidak, ini begitu menyakitkan.
Tak lama kemudian, lagi-lagi temanku
melapor, katanya dia sekarang sudah putus. Hanya bertahan beberapa
minggu saja. Sedikit bersyukur dengan putusnya hubungan mereka. Dia
masih memberi sedikit perhatian dengan tatapannya yang aku tidak tahan
memandangnya dan membuat jantung ini berdegup lebih kencang dari pada
biasanya. Tapi pertengahan tahun ke-8 aku mengenalnya, dia tiba-tiba
punya pacar baru. Hikzz…., sedih tak terkata. Aku lagi-lagi menunggu,
sepertinya mereka masih bersama. Aku bertanya pada ibuku, ada apa dengan
diriku. Aku sudah terlanjur mencintainya, tapi dia malah bersama yang
lain.
Ibu hanya menjawab, itu karena kamu
sering menghindar darinya, makanya dia mencari yang lain. Aku tambah
bingung. Memang terkadang aku sedikit menghindar darinya, tujuanku
sebenar hanya tidak ingin perasaan ini semakin larut. Tapi disaat dia
bersama wanita lain, ternyata lebih menyakitkanku. Aku merasa di saat
di masih sendiri dia akan segera menyatakan perasaannya padaku, hingga
aku terus menunggu dan menunggu. Bahkan disaat ada cowok lain yang
mendekatiku aku masih setia menunggu, karena aku takut jika aku dekat
dengan cowok lain dan tiba-tiba dia menyatakan perasaannya itu tentunya
akan tidak adil bagi cowok yang berusaha mendekatiku. Makanya lebih baik
aku haya menunggu untuknya.
Tapi disaat kakak itu sudah memberikan
tanda-tanda ingin mengutarakan perasaannya padaku, aku malah menghindar.
Entah kenapa aku merasa takut saja, aneh memang. Mungkin dia cukup
lelah dengan sikapku yang tak jelas ini hingga dia memilih mundur-entahlah.
Saat dia sudah bersama orang lain barulah dada ini rasanya sakittt
sekali. Sedih, menyesal, entah apalagi. Aku sempat down saat dia jadian
dengan seseorang teman wanitanya. Rasanya dada ini sakit saat dia selalu
bersama dengan wanita lain. Itu berlangsung hampir 1 tahun. Aku
menyibukkan diri dengan belajar, agar aku bisa mengalihkan pikiranku.
Tak kuhiraukan jika ada cowok lain yang berusaha mencari perhatianku.
Hatiku mulai beku.
Tapi, aku melihat dia lebih banyak
tersenyum dengan wanita itu. Okee lah, berarti dia sudah bahagia dengan
pilihan hatinya, sekarang aku tinggal menata hatiku ini. Aku dan dia
masih sering bertemu dan ini ternyata menyakitkan, 1 th kemudian dia
sudah kuliah. Aku bernapas lega, paling tidak aku tidak melihatnya lagi
di sekolah itu artinya frekuensiku bertemu semakin sedikit. Tapi entah
kenapa berita tentangnya selalu saja datang dari teman-temanku, membuat
kupingku terasa panas saja. Detik-detik terakhir masa sekolah, aku baru
sadar kalau dia kuliah di univ. yang aku juga berencana kuliah di sana
nantinya jika aku lulus. Sepertinya aku harus membatalkan kuliah di
sana, aku tidak ingin bertemu lagi dengannya biar aku bisa menata hati
ini.
Okee…, pilihan terbaik adalah merantau.
Dan memulai dengan semangat yang baru, pilihanku Pulau Jawa, ku pilih
yang tidak terlalu jauh dengan Sumatera. Berbekalkan jerih payahku
selama SMA aku memanfaatkan nilai raport yang lumayan bagus untuk
mendaftar PMDK di dua perguruan tinggi ternama di P. jawa. Tiap hari aku
selalu berduo semoga aku lulus. Alhasil, saat aku ujian PRA-UN, ada
surat dari salah satu perguruan tinggi yang menyatakan aku diterima
sebagai mahasiswa di sana. Alhamdulilah, akhirnya.
Dengan senyum jahat, ku ucapkan. Selamat
tinggal masa lalu. Aku berangkat ke tanah jawa, sembari meninggalakan
kisah kasihku yang tak sampai dan menyakitkan hatiku. Beberapa hari di
tanah jawa, aku yang berasal dari desa sedikit tidak mengenal teknologi.
Aku baru mengenal facebook (hihihi…., malu jika mengingatnya). Untung aku memiliki teman-teman yang baik hati di sana, aku dibikinkan akun facebook (hahaha).
Suasana baru, teman baru, budaya yang baru membuatku merasa sebagai
diri yang baru. Tapi, perasaan itu kembali lagi saat dia me-add, dan dia
termasuk kelompok orang pertama yang me-add facebookku. Sedihh (lagi),
tapi aku tidak sampai menangis karena dia tidak pantas ditangisi. Tahun
pertama kuliah, aku masih sering memandangi fotonya di dunia maya,
sering buncah saat dia dan kekasihnya menuliskan kata-kata mesra. Rasanya ingin menggaruk tembok.
Aku galau (lagi). Beginilah jika
aku sudah terlanjur jatuh cinta. Akhirnya aku pergi ke sebuah taman di
kampus sekedar mencari pencerahan dan jawaban dari masalah yang
kuhadapi. Karena ku sangat menyukai bunga, maka di saat galau aku
biasanya merenung di dekat rimbunan bebungaan. Tapi di taman tidak
kutemukan jawabannya. Aku lanjut berjalan ke danau sambil memandangi
sekumpulan burung bangau yang bertebangan.
Aku berpikir jernih, sepertinya Allah itu sangat menyayangiku-kenapa begitu?
aku ingat banyak teman-temanku yang sering kali curhat tentang
pacarnya, hubungan pacaran mereka terkadang mereka juga memintaku
pendapat (padahal aku saja belum pernah pacaran), tapi nasehatku selalu manjur-hahahah.
Walau aku tidak pernah pacaran, tapi aku paham betul tenang pacaran
itu, sehingga teman-temanku curhat padaku. Aku sering mendengar mereka
curhat, seperti ini (misalnya):
minggu pertama: Kamu kenapa sih, belum
punya pacar juga?? punya pacar itu enak, pokoknya. dia selalu ada saat
kita butuhkan, …..,bla.., bla.., bla
minggu kedua: punya pacar itu, bisa
mengobati kegalaun, kegundahan, dan saat dia menggenggam tangan ini
rasanya berjutaaaa…, dll…, bla.., bla..,
selanjutnya: kok mulai pusing yah, kalau dia ga balas sms ku?….,
selanjutnya: sepertinya dia sudah tidak
sayang lagi padaku…, aduhh.., gimana dong masa tadi aku liat dia sama
cewe lain…, bla.., bla
selanjutnya: benar-benar yang bisa dipercaya……… (nangis sambil curhat)
Jadi, menurutku Allah telah melindungiku
dari rasa ini. Aku merasa bersyukur tidak jadian dengan kakak kelasku
itu. Aku bisa bayangkan jika aku jadian dengannya, pertama mungkin aku
tidak akan melanjutkan kuliah di P.jawa, secara banyak sekali pengalaman
dan hal-hal positif yang kutemukan di sini dan aku tidak akan meraih
mimpi dan pengalaman yang sehebat ini. Kedua, jika pacaran dengannya
otomatis kenangan yang indah akan lebih banyak lagi bersamanya sehingga
jika ternyata aku berpisah dengannya tentunya akan lebih menyakitkan
lagi, mungkin aku akan lebih tersakiti lagi. Apalagi aku tidak tahu
apakah dia benar-benar akan bersamaku selamanya (berjodoh) atau hanya sementara saja. Sepertinya, aku mendapatkan jawabannya.
Hingga…, saat pulang dari danau
kuputuskan untuk menjaga hatiku untuk tidak berpacaran dulu dengan
seseorang sebelum tiba waktunya. Walaupun terkadang aku sering ingin
memiliki pacar jika melihat teman-temanku bersama pacarnya atau ada
seseorang yang berusaha mendekatiku. Jika, keinginan itu datang lagi,
aku akan segera menyadarkan diriku sendiri, karena jika aku sudah jatuh
cinta dan pacaran dengan seseorang, mungkin hatiku akan menjadi miliknya
sebutnya sekitar 10%, jika aku pernah menberi hatiku pada 3 orang pria
berarti sudah 30% hati hilang. Lalu hanya 70% yang tersisa untuk
seseorang yang kucintai secara halal?. Mungkin membingungkan, maksudnya
seperti ini jika seseorang pernah pacaran 3 kali, berarti dia punya
mantan 3 orang. Dan aku pernah bertanya pada seorang sahabat seperti
ini:
aku: “Apakah kamu masih cinta sama mantanmu?”
shb: ” ga.., yang ada malah males sama benci liat mukanya”
aku: ” Yakinnnn???”
(Curhat dari hati ke hati)
shb: “sebenarnya masih sih.., masih cinta dikit, kalau ketemu rasa itu masih ada dikit”
Nahhhh…., tidak mungkin rasa itu hilang
100%, pasti masih ada. Jika kita telah berpacaran dengan 3 pria. Saat
bertemu rasa itu masih ada 10%, dan jika 3 pria rasa dan hati ini akan
ada di 3 pria yang berbeda sebanyak 30%, lalu hanya 70% hati ini untuk
seseorang yang kita cintai secara halal. Belum lagi, selama pacaran
mungkin ada kontak fisik terlarang yang pernah terjadi. Minimal tatapan
mata yang mendebarkan yang membuat perasaan cinta semakin tumbuh.
Membuat dunia ini terasa milik berdua, lalu jika sudah saling cinta
seperti itu, rasa ingin memiliki, selalu ingin bersama tapi belum
mungkin karena masing-masing mungkin belum bisa untuk bersatu dalam
suatu ikatan yang suci-pernikahan, karena belum mampu.
Lama kelamaan cinta berkembang dan
masing-masing tidak mau pasangannya dekat dengan orang lain,
perlahan-lahan timbullah satu persatu kesalahpahaman. Akhirnya, memilih
berpisah. Perpisahan, ada yang masih menyisakan cinta dan ada juga
menyisakan kebencian. Jika perpisahan masih menyisahakan cinta, saat dia
sudah bersama orang lain secara halal dan tiba-tiba bertemu dengan
mantannya debaran itu masih ada artinya dia tidak bisa memberikan 100%
kepng hatinya untuk orang yang dicintainya secara halal.
Tidak…., aku tidak mau itu terjadi. Aku
hanya ingin memberikan 100% keping hatiku untuk orang yang kucintai
secara halal, dan aku tidak mau jika seseorang menatapku penuh cinta
tanpa suatu ikatan yang suci.
Dan jika ada yang
bertanya padaku, “pacaran itu enak lho, kenapa kamu masih belum mau
pacaran?”Aku akan menjawab: karena menjaga rasa yang sakral ini hingga
menemukan tempat yang tepat dan dengan cara yang halal. Aku percaya
wanita baik-baik hanya untuk laki-laki yang baik. Akan terus kujaga
diriku dan hati ini hingga nanti tiba waktunya akan ku berikan pada
seseorang utuh 100% hatiku dan diriku untuk seseorang yang juga telah
berusaha menjaga hati dan dirinya untukku seorang. dan karena aku
menghendaki keutuhan rasa sayang dan rasa cinta yang sudah aku lindungi
ini untuk kuberikan pada seorang pria yang juga menjaga jasmani dan
rohaninya demi diriku.
Tepi Danau, 2012
berharap, suatu saat ada yang menemaniku secara halal di pinggir danau ini :D)